Minggu, 26 Oktober 2008

Ditolak, Sistem Siaran TV Digital dari Jepang

Audio Visual. Kamis, 07 Juni 2007
http://www.kompas.com/kompas-cetak/0706/07/Audio/3574908.htm

Bambang Heru Tjahjono

Ada satu peristiwa menarik yang terjadi belum lama ini berkaitan dengan rencana implementasi siaran TV digital di Indonesia. Tim Nasional Migrasi Sistem Penyiaran dari Analog ke Digital menolak tawaran teknologi sistem siaran televisi digital dari Jepang yang telah didemokan di Hotel Sari Pan Pacific, Jakarta, pada 28 Februari 2007.

Seperti dilansir beberapa media, alasannya adalah karena keterlambatan Jepang dalam menawarkan teknologi ISDB-T buatan mereka setelah sebelumnya Tim Nasional sepakat merekomendasikan teknologi Eropa DVB-T sebagai standar sistem siaran TV digital untuk pelanggan tetap di Indonesia.

Sebelum ini, proses implementasi siaran TV digital di Indonesia terasa kurang terdengar gaungnya di media massa. Padahal, Tim Nasional telah bekerja keras sejak awal 2005 untuk mempersiapkan jalan migrasi dari siaran TV analog ke digital. Sistem siaran TV digital dengan berbagai keunggulannya memang menjanjikan berbagai keuntungan pada masa depan.

Penonton jadi lebih nyaman menonton siaran TV dengan kualitas gambar lebih tinggi serta terintegrasi dengan fitur layanan multimedia lainnya, termasuk yang bersifat interaktif. Semakin tingginya tingkat layanan dan jenis fitur yang dapat disediakan dengan sistem baru ini juga menjadi daya tarik bagi operator TV.

Tim Nasional

Di samping itu, tren teknologi siaran TV di mancanegara pun sedikit demi sedikit telah bergeser dari analog ke digital. Maka, mau tak mau sudah waktunya pula Indonesia memikirkan mekanisme migrasi dari siaran TV analog ke digital. Mekanisme ini harus terencana baik agar tidak memberatkan masyarakat sebagai konsumen maupun operator TV dan penyedia konten, serta memudahkan penyusunan dan pengawasan regulasi oleh pemerintah.

Dalam rangka persiapan migrasi inilah Departemen Komunikasi dan Informatika pada bulan Januari 2005 membentuk Tim Nasional Migrasi Sistem Penyiaran dari Analog ke Digital. Tim ini beranggotakan sejumlah pejabat, akademisi, dan para pakar dari berbagai instansi, antara lain Ditjen Postel, Ditjen Sarana Komunikasi dan Diseminasi Informasi, Departemen Perindustrian, Departemen Keuangan, BPPT, Bappenas, TVRI, RRI, ATVSI, PRSSNI, PT LEN, dan PT Elektrindo Nusantara.

Siaran radio

Dalam hal ini yang dipelajari bukan hanya migrasi siaran TV, tetapi juga siaran radio dari analog ke digital. Tugas utama Tim Nasional adalah mempelajari berbagai aspek dalam rangka migrasi, di antaranya mempelajari kesiapan regulasi, kesiapan penyelenggara siaran, kesiapan industri dalam kaitan dengan set-top box dan pesawat TV, kesiapan masyarakat baik dari segi teknis maupun sosial, budaya, dan ekonomi, serta pertimbangan aspek politis berkaitan dengan negara tetangga. Mereka juga ditugaskan merencanakan transisi digital ke analog yang diawali oleh masa simulcast di mana sistem analog dan digital dipancarkan bersamaan.

Migrasi dari sistem TV analog ke sistem TV digital bagi Indonesia memang tidak dapat dihindari. Bagi negara-negara berkembang seperti Indonesia yang memiliki jumlah penduduk besar dengan kebudayaan beragam, variasi program-program siaran TV merupakan kebutuhan mutlak. Namun, keterbatasan alokasi frekuensi menyebabkan keterbatasan dalam pemberian izin operasi bagi operator-operator TV baru sehingga kompetisi program menjadi rendah dan masyarakat tidak mempunyai pilihan dalam menyaksikan program-program berkualitas.

Di sisi lain banyak negara di dunia sudah memulai migrasi dari siaran TV analog ke sistem digital sehingga jika Indonesia tetap bertahan pada siaran TV analog, akan muncul permasalahan di kemudian hari. Maka, peralihan tersebut mau tak mau harus dilakukan, tetapi dengan perencanaan matang dan hati-hati agar tidak merugikan secara ekonomi, tidak terlampau membebani masyarakat, dan tidak menimbulkan kesenjangan baru bagi masyarakat dalam mengakses siaran-siaran televisi.

Dengan latar belakang ini, cukup wajarlah jika Tim Nasional menolak tawaran teknologi ISDB-T dari Jepang karena berbagai pengkajian dan persiapan menuju implementasi sistem TV digital untuk penerima tetap, yakni untuk pelanggan rumah tangga, memang telah cukup lama mereka lakukan.

Kemudian timbul pemikiran di kalangan Tim Nasional untuk membentuk tim kecil riset dan pengembangan industri elektronika nasional di bidang siaran digital. Tujuan utamanya adalah untuk menghimpun kekuatan nasional dari semua pemangku kepentingan di bidang teknologi informasi, komunikasi, dan multimedia, baik dari industri, akademisi, maupun regulator, untuk melakukan riset bersama dalam mengembangkan konten lokal menuju standar nasional siaran digital.

"Set-top box"

Masalah set-top box (STB) perlu mendapat perhatian besar karena perangkat inilah yang akan menjadi jembatan bagi masyarakat untuk menyeberang dari sistem analog ke digital dengan cepat dan mudah. Dengan sendirinya ketersediaan perangkat ini dengan harga semurah mungkin akan ikut menentukan kesuksesan migrasi. Untuk itu, tim kecil industri STB bermaksud mengupayakan agar industri elektronika nasional dapat mengambil momentum ini dengan memproduksi STB Nasional yang khusus dimanfaatkan bagi pasar dalam negeri agar tidak dibanjiri produk STB impor.

Kriteria STB yang hendak dikembangkan ini di antaranya memiliki harga terjangkau, menghasilkan penerimaan berkualitas tinggi baik untuk fixed maupun di kendaraan sesuai kondisi lingkungan Indonesia, memiliki menu berbahasa Indonesia, memanfaatkan kaidah-kaidah yang dipersyaratkan Standar Nasional Indonesia (SNI), sebanyak mungkin melibatkan SDM nasional baik dari lingkungan akademisi, lembaga ristek, maupun industri lokal, serta memiliki fitur Early Warning System.

Dalam rangka persiapan migrasi, Tim Nasional telah melakukan uji coba siaran yang dimulai akhir Januari 2006. Pelaksanaan uji coba untuk siaran televisi digital berlokasi di TVRI, sedangkan untuk siaran radio digital akan berlokasi di Radio Delta Insani Jakarta dan Radio Suara Sangkakala Surabaya.

Adapun alokasi kanal yang telah disiapkan Ditjen Postel dalam rangka uji coba untuk siaran televisi digital adalah kanal 27 (519.25 MHz) dan kanal 34 (575.25 MHz). Sementara itu, untuk siaran radio digital akan menggunakan frekuensi yang saat ini telah digunakan Radio Delta Insani Jakarta (99.1 MHz) dan Radio Suara Sangkakala Surabaya (106 MHz).

Ir. Bambang Heru Tjahjono, MSc, Staf Senior BPPT dan Anggota Tim Nasional Migrasi Sistem Penyiaran dari Analog ke Digital

Tidak ada komentar: