Kamis, 21 Mei 2009

Peluncuran TV Digital

Gatot S. Dewa Broto, (Jakarta, 20 Mei 2009).

Presiden Republik Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono pada tanggal 20 Mei 2009 ini telah menghadiri puncak peringatan Hari Kebangkitan Nasional, yang untuk tahun 2009 ini dilakukan di kantor pusat Studio SCTV, yang terletak di Senayan City, Jakarta. Acara peringatan ini (yang berlangsung dari jam 13.20 s/d. 15.30 WIB) selain dihadiri oleh Ketua MPR, sejumlah Menteri, puluhan direksi BUMN maupun kalangan swasta dan juga menampilkan secara footage terhadap pernyataan kebangsaan oleh Johana Sunarti AH Nasution, Gus Dur, Emil Salim, Anis Baswedan dan WS Rendra.

Acara ini dikemas secara atraktif dan diwarnai dengan penampilan beberapa selebritis seperti group band Coklat dengan lagu populernya “Bendera”, penyanyi Niji dengan lagu “Laskar Pelangi” dan juga penyanyi Bunga Citra Lestari. Acara ini memadukan unsur historis yang melatar-belakangi kesadaran berbangsa melalui Hari Kebangkitan Nasional, juga unsur patriotik melalui lagu-lagu populer saat ini yang patriotik dan penggalakan kembali penggunaan produk dalam negeri dalam konteks ACI (Aku Cinta Indonesia), unsur integratif nasional dan internasional dalam bentuk dialog interaktif antara Presiden RI dengan beberapa warga masyarakat yang berada di tempat-tempat terpencil melalui fasilitas telefon pedesaan dan yang di luar negeri juga sekalipun yaitu yang berada di KBRI di Tokyo dan KBRI di Den Haag serta juga unsur unjuk kemampuan dalam pengembangan tehnologi televisi digital.

Meskipun peringatan Hari Kebangkitan Nasional tahun 2009 ini lebih sederhana jika dibandingkan dengan peringatan serupa pada tahun 2008 ketika tepat 1 abad peringatan Hari Kebangkitan Nasional, namun esensi rangkaian acaranya jauh lebih konkret sesuai dengan kebutuhan masyarakat saat ini, sebagaimana dilaporkan dalam sambutan pengantarnya oleh Menteri Kominfo Mohammad Nuh sebagai koordinator peringatan Hari Kebangkitan Nasional.

Seperti misalnya ketika Presiden RI meresmikan uji coba televisi digital, maka sejak saat itupula Indonesia telah berusaha mensejajarkan dirinya sebagai salah salah satu bangsa di dunia yang sudah serius dan intensif dalam menuju program digitalisasi televisi pada masa mendatang sebagaimana juga sudah dilakukan uji cobanya oleh beberapa negara maju lainnya meskipun batas akhir realisasinya masih membutuhkan waktu beberapa tahun. Terjadinya perkembangan teknologi penyiaran televisi di dunia yang beralih dari sistem penyiaran analog ke digital memberikan tantangan bagi Indonesia untuk berusaha menyesuaikan dengan perkembangan teknologi tersebut.

Terkait dengan migrasi sistem penyiaran analog ke digital, selain sudah dirintis sejak tahun 2007 melalui adanya Penetapan Standar Penyiaran Digital Terrestrial untuk Telivisi Tidak Bergerak di Indonesia. Ditetapkan dengan Permenkominfo No.07/P/M.KOMINFO/3/2007 tanggal 21 Maret 2007, juga yang cukup penting adalah berupa soft launching uji coba Siaran Televisi Digital di Indonesia oleh Wakil Presiden RI Yusuf Kalla di studio TVRI di Senayan – Jakarta pada tanggal 13 Agustus 2008. Momentum uji coba televisi digital di TVRI dan kini di SCTV tersebut jelas akan menjadi lokomotif bagi perubahan yang cukup signifikan di bidang penyiaran televisi nasional.

Sebagai informasi, saat ini sedang dilakukan uji coba lapangan penyelenggaraan siaran TV digital. Sudah ditetapkan 4 Konsorsium untuk menyelenggarakan ujicoba lapangan: 2 konsorsium sebagai penyelenggara uji coba untuk free-to-air , yaitu PT. Konsorsium Televisi Digital Indonesia dan Konsorsium LPP TVRI – PT. Telkom serta 2 penyelenggara uji coba untuk Mobile TV , yaitu Konsorsium Tren Mobile TV dan Konsorsium Telkom-Telkomsel-Indonusa. Uji coba tersebut bertujuan untuk Mengkaji aspek teknisi dan non teknis dalam penyelenggaraan siaran televisi digital sebagai persiapan migrasi penyiaran analog ke digital.

Perubahan itu tidak hanya penting bagi penyedia konten dan infrastruktur penyiaran, tetapi juga bagi masyarakat, yang dalam catatan Departemen Kominfo telah terdapat sekitar 40 juta unit televisi yang ditonton lebih dari 200 juta orang di seluruh Indonesia. Teknologi TV digital dipilih karena punya banyak kelebihan dibandingkan dengan analog. Teknologi ini punya ketahanan terhadap efek interferensi, derau dan fading, serta kemudahannya untuk dilakukan proses perbaikan ( recovery ) terhadap sinyal yang rusak akibat proses pengiriman/transmisi sinyal. Perbaikan akan dilakukan di bagian penerima dengan suatu kode koreksi error ( error correction code ) tertentu. Kelebihan lainnya adalah efisiensi di banyak hal, antara lain pada spektrum frekuensi (efisiensi bandwidth), efisiensi dalam network transmission , transmission power , maupun consumption power . Di samping itu, TV digital menyajikan gambar dan suara yang jauh lebih stabil dan resolusi lebih tajam ketimbang analog. Hal ini dimungkinkan oleh penggunaan sistem Orthogonal Frequency Division Multiplexing (OFDM) yang tangguh dalam mengatasi efek lintas jamak ( multipath ). Pada sistem analog, efek lintasan jamak menimbulkan echo yang berakibat munculnya gambar ganda (seakan ada bayangan). Kelebihan lainnya adalah ketahanan terhadap perubahan lingkungan yang terjadi karena pergerakan pesawat penerima (untuk penerimaan mobile), misalnya di kendaraan yang bergerak, sehingga tidak terjadi gambar bergoyang atau berubah-ubah kualitasnya seperti pada TV analog saat ini.

Wujud konkret lain yang diketengahkan dalam peringatan Hari Kebangkitan Nasional tahun 2009 ini adalah saat Presiden RI melakukan video conference dengan beberapa tokoh masyarakat di 4 lokasi terpecil, yaitu di Desa Ubrub, Kecamatan Web, Kabupaten Kerom, Provinsi Papua; Desa Adaut, Kecamatan Saumlaki, Kabupaten Maluku Tenggara, Provinsi Maluku; Desa Sekatak Puji, Kecamatan Sekatak, Kabupaten Bulungan, Provinsi Kalimantan Timur; dan Desa Ranupati, Kecamatan Senduro, Kabupaten Lumajang.

Yang cukup menarik pada acara ini adalah karena beberapa Duta Besar atau yang mewakili turut diundang termasuk yang dari Australia, Malaysia dan PNG dalam acara video conference ini, karena letak 3 lokasi video conference tepat berhadap-hadapan dengan perbatasan bersama PNG (di Desa Ubrub), Australia (di Desa Adaut) dan Malysia (di Desa Sekatak Puji).

Sesungguhnya bukan saat ini saja Presiden RI melakukan video conference dengan masyarakat di daerah-daerah terluar, sebagaimana yang pernah secara sukses dilakukan pada tanggal 16 Agustus 2008 dari Wisma Negara ke 4 lokasi daerah terpencil, yang tersebar di Nangroe Aceh Darissalam, Maluku, Sulawesi Selatan dan Sulawesi Utara. Secara kebetulan saja, baik untuk acara video conference tanggal 16 Agustus 2008 dan 20 Mei 2009 ini sama-sama dilakukan operasionalisasinya oleh PT Telkomsel, karena jika pada video conference bulan Agustus 2008 lalu PT Telkomsel mengambil inisiatif melalui program Merah Putih, sedangkan untuk bulan Mei 2009 ini adalah gabungan antara PT Telkomsel yang sudah ditetapkan sebagai pemenang lelang USO (Universal Service Obligation / akses telefon pedesaan) dan juga sudah menanda-tangani kontraknya untuk beberapa wilayah Indonesia (terkecuali Sulawesi, Maluku dan Papua yang masih ditender ulang saat ini) dengan kapasitas PT Telkomsel dalam melanjutkan program Merah Putih. Ini perlu dijelaskan, karena 2 lokasi video conference yaitu di Maluku dan Papua belum tersentuh pekerjaan USO yang sedang berlangsung.

Untuk diketahui, Departemen Kominfo melalui program USO sedang mempercepat program pembangunan penyediaan jasa akses telekomunikasi dan informatika perdesaan dalam menyediakan layanan “voice service” yang lebih dikenal dengan Program Desa Berdering di 31.824 desa dan internet (Desa Pinter) di 4.300 kecamatan di seluruh Indonesia yang akan diselesaikan sampai dengan tahun 2010. Sebanyak 24.015 telepon desa dan 69 internet desa di 22 provinsi akan diselesaikan pada tahun 2009, selanjutnya pada tahun 2010 akan diselesaikan 7.773 telepon desa dan 31 internet desa di 10 provinsi. Basis teknologi yang digunakan pada telepon desa dan internet desa adalah teknologi yang memiliki “life time” jangka panjang dan dapat dikembangkan untuk layanan yang lebih “advance” pada saatnya nanti. Dengan adanya program USO ini Departemen Kominfo diharapkan dapat segera memenuhi target Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2005 tentang RPJM Nasional. Dengan harapan seluruh fasilitas telekomunikasi dimaksud sepenuhnya dapat sebagai sarana yang dapat membantu pemberdayaan masyarakat desa setempat yang digunakan secara berbayar dan agar dapat dimanfaatakn secara baik, sehingga layanan telekomunikasi berkesinambungan serta menciptakan “multiplier effect” disegala bidang sehingga kemakmuran seluruh pelosok Indonesia dapat dinikmati secara merata hingga sampai ke desa-desa.

Dengan berbekal komitmen Indonesia untuk terus mengikuti perkembangan tehnologi informasi terkini dan yang aksesibel di daerah-daerah pelosok Indonesia, melalui peringatan Hari Kebangkitan Nasional ini Presiden RI kembali mengingatkan publik tentang pentingnya penggunan produk dalam negeri dengan jargon ACI (Aku Cinta Indonesia). Memang program ACI ini sudah dicanangkan secara khusus oleh Presiden RI pada saat Peresmian Pameran INACRAFT pada tanggal 22 April 2009, sehingga yang berlangsung di SCTV ini adalah penggalakan kembali slogan ACI dengan tujuan untuk mengingatkan kembali seluruh masyarakat, bahwa melalui semangat peringatan Hari Kebangkitan Nasional ini ini diharapkan dapat mendorong bagi peningkatan penggunaan produk dalam negeri. Secara keseluruhan, acara peringatan Hari Kebangkitan Nasional di Studio SCTV ini berlangsung dengan sukses dan lancar.

Pemilihan tempat peringatan acara ini di SCTV sama sekali tidak ada pertimbangan tertentu dari Departemen Kominfo, karena semata-mata karena SCTV adalah salah satu bagian dari Konsorsium Televisi Digital Indonesia (yang secara keseluruhan beranggotakan SCTV, TransTV, Trans7, MetroTV, ANTV dan TVOne), juga karena pada saat yang bersamaan stasiun televisi tersebut meyakan HUT salah satu program unggulannya: Liputan 6 SCTV.
—————

Kepala Pusat Informasi dan Humas Depkominfo (Gatot S. Dewa Broto, HP: 0811898504, Email: gatot_b@postel.go.id, Tel/Fax: 021.3504024).

Tidak ada komentar: